Lingkungan kerja membutuhkan komunikasi yang santun dan hangat. Dengan begitu, hubungan individu dengan lawan bicaranya dalam lingkungan kerja akan menjadi lebih hangat, erat, dan manusiawi. Setiap individu dalam lingkungan kerja perlu memahami pentingnya komunikasi seperti ini, dan juga melakoninya. Jika tidak, jangan heran jika suasana kantor tak nyaman lantaran komunikasi yang dibangun cenderung preman seperti membentak, sok menyuruh, dan bossy.
Bentuk komunikasi yang perlu dibangun dalam lingkungan kerja ini disebut sebagai komunikasi adab oleh Wahyu Wibowo, penulis dan pelatih komunikasi adab, kultur perusahaan, dan media massa. Wahyu menjelaskan, karyawan membutuhkan komunikasi, namun bukan sekadar komunikasi organisatoris, melainkan komunikasi yang mencerminkan budi pekerti luhur, apresiatif terhadap profesi, dan keleluasan wawasan. Dengan membangun komunikasi adab dalam perusahaan, sikap arogan, alias mengecilkan eksistensi orang lain dengan cara menepuk dada atau sok pintar takkan muncul, selain juga mengikis sikap bossy.
Nah, untuk membangun komunikasi adab, kunci utamanya adalah menjadi pendengar yang baik bagi lawan bicara. Tak ada salahnya mencoba menjadi pendengar yang baik bagi lawan bicara. Tidak ada gunanya pula jika kita selalu mempertontonkan kepiawaian berbicara dengan nyerocos terus-menerus. Sebaliknya, yang perlu dilakukan adalah memberi kesempatan kepada lawan bicara, lalu membiarkan diri hanyut dan larut dalam pembicaraan supaya Anda bisa mengumpulkan informasi secara lengkap.
"Selama ini kita hanya mampu berbicara tanpa ingin mendengar. Di dalam perusahaan tak sedikit manager yang gemar berperilaku seperti itu kepada karyawan. Terkesan ia gemar memotong pembicaraan sebelum sang karyawan menuntaskan ucapannya," jelas Wahyu.
Lantas mengapa komunikasi adab perlu dibangun dalam perusahaan? Wahyu menjelaskan, seseorang yang mampu membangun komunikasi adab (santun dan hangat) akan lebih mudah berkomunikasi dengan siapa saja tanpa diwarnai egoisme. Selain itu, seseorang yang mampu berkomunikasi dengan beradab takkan memandang orang lain secara hitam putih. "Ia juga akan memandang lawan bicaranya dari kaca mata empati, dan bukan sekadar dari rasa simpati," tandas Wahyu.
Hubungan kerja yang hangat bisa tercipta dengan saling mendengarkan sebagai bentuk komunikasi adab. Apakah komunikasi jenis ini yang terbangun dalam lingkungan kerja Anda? Jika belum, tak perlu menunggu orang lain memulainya, mulai saja mendengarkan orang lain di kantor, baik bawahan, rekan satu level juga atasan Anda.
Sumber: Buku Membangun Kultur Perusahaan Melalui Kesadaran Komunikasi Adab, Wahyu Wibowo (Gramedia Pustaka Utama).
Jumat, 20 Mei 2011 -
bossy,
komunikasi,
tips
0
komentar
Mengikis Komunikasi yang "Bossy"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar